mimpi yang tercapai
Mimpi di Balik Awan
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi pegunungan hijau, hiduplah seorang anak bernama Raka. Sejak kecil, ia gemar menatap langit dan bermimpi bisa terbang di antara awan. Namun, kehidupan tak selalu memihaknya. Ia lahir dari keluarga sederhana, ayahnya seorang petani, dan ibunya penjual kue keliling.
Setiap pagi, Raka harus berjalan jauh untuk pergi ke sekolah. Meski begitu, semangat belajarnya tak pernah padam. Ia selalu duduk di barisan depan, mendengarkan guru dengan penuh perhatian. Ketika teman-temannya bermain selepas sekolah, Raka lebih suka membaca buku-buku bekas yang ia temukan di perpustakaan desa.
Suatu hari, saat sedang membantu ayahnya di sawah, sebuah pesawat melintas di langit. Mata Raka berbinar. “Aku ingin menjadi pilot!” serunya dalam hati.
Namun, impian itu terdengar mustahil bagi banyak orang. “Anak petani mana mungkin jadi pilot?” kata beberapa orang. Namun, Raka tak peduli. Ia bertekad untuk membuktikan bahwa mimpi besarnya bukanlah sesuatu yang mustahil.
Dengan kerja keras dan tekad, Raka belajar dengan giat hingga akhirnya ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di akademi penerbangan. Hari itu, ia meninggalkan desanya dengan doa dan harapan besar dari orang tuanya.
Di kota, tantangan semakin berat. Ia harus bersaing dengan banyak orang yang lebih beruntung dari segi ekonomi dan fasilitas. Tapi ia tak menyerah. Setiap malam, ia belajar lebih keras dari siapa pun. Ia juga bekerja paruh waktu agar bisa bertahan hidup.
Tahun demi tahun berlalu, hingga akhirnya Raka lulus dengan nilai terbaik. Impian yang dulu dianggap mustahil kini menjadi kenyataan. Ia resmi menjadi seorang pilot!
Hari pertama ia menerbangkan pesawat, ia meminta izin untuk melintasi desanya. Dari kokpit, ia menatap ke bawah, melihat sawah tempat ia dulu bekerja bersama ayahnya. Matanya berkaca-kaca.
Sesampainya di rumah, ia turun dari mobil mengenakan seragam pilotnya. Orang-orang desa terdiam, lalu bertepuk tangan bangga. Ia bukan lagi “anak petani yang bermimpi terlalu tinggi” tetapi “anak petani yang berhasil menggapai mimpinya.”
Di antara keramaian, ayahnya menepuk pundaknya dan berkata, “Kau benar, Nak. Mimpi memang bisa setinggi langit, asalkan kau berani mengejarnya.”

Komentar
Posting Komentar